Surat Untuk Negeri
75 tahun kami memperingati
Menjadi saksi jatuh bangunnya Ibu Pertiwi
Keragaman yang menjadi tanggung jawab kami
Kekayaan yang patut kami syukuri
Indonesia
Terbesit perjuangan para pendekar bangsa
Ditindas, disiksa, tak mengurangi kecintaan mereka
Pada tanah pemberian yang Mahakuasa
Surat ini untukmu Indonesia
Bagaimana keadaanmu hari ini?
Apakah masih bangga dengan banyaknya keragaman?
Atau kini engkau telah berubah karena perpecahan di mana-mana?
Apakah engkau masih menjadi negeri yang begitu elok karena alamnya?
Atau kini terkuras sedikit demi sedikit demi segelintir kepentingan?
Katanya kail dan jala cukup menghidupi kami,
tapi mengapa masih ada yang berebut kursi kekuasaan?
Ibu Pertiwi, aku tidak mengerti
Apakah sebenarnya berebut posisi itu bisa mengubah nasib kami?
Bak pahlawan yang datang dan mengaku paling 'aku'?
Ibu Pertiwi, maafkan kami...
Maafkan anak bangsamu ini
Entah sudah kapan terakhir berpikir, terakhir bertindak untuk membalas dirimu
Aku terlalu egois dan tak tahu malu menghirup oksigen dari Sang Penciptamu di tanahmu
Namun, aku sudah memberikan apa untukmu?
Belum, nyaris belum ada
Aku belum bisa membuatmu tersenyum
Belum bisa membawamu terbang untuk membanggakan dirimu
Bahkan, belum bisa mempertahankan kemerdekaan yang sangat diharapkan oleh para pejuangmu
Aku terlalu egois
Selalu menggerutu tiap menyaksikan pelanggaran
Selalu mengeluh lalu membandingkanmu dengan negeri di seberang sana
Selalu marah mengetahui ketidakadilan di negeri ini
Tanpa aku sadari aku selalu lupa untuk memperbaiki setiap tindakan kecil yang mungkin menjadi besar suatu saat nanti
Kecurangan, kebohongan, dan tindakan yang tak sadar sering aku lakukan yang bisa merusak Bumi Pertiwi ini
Ibu Pertiwi aku harap engkau masih menyimpan harapan pada kami
Menjadi sebaik-baiknya anak bangsa yang mengabdi pada negeri
Tolong, selalu ingatkan aku bila aku terlena dalam pesta pora yang membuatku lengah dan lupa akan janjiku padamu
Tolong, ingatkan aku bilang selalu mengeluh akan kecukupan perutku sementara masih banyak saudaraku yang ingin kecukupan itu
Tolong jangan lelah menunggu kami, Ibu Pertiwi...
Walau ini terlalu memaksamu
Bahkan, belum bisa mempertahankan kemerdekaan yang sangat diharapkan oleh para pejuangmu
Aku terlalu egois
Selalu menggerutu tiap menyaksikan pelanggaran
Selalu mengeluh lalu membandingkanmu dengan negeri di seberang sana
Selalu marah mengetahui ketidakadilan di negeri ini
Tanpa aku sadari aku selalu lupa untuk memperbaiki setiap tindakan kecil yang mungkin menjadi besar suatu saat nanti
Kecurangan, kebohongan, dan tindakan yang tak sadar sering aku lakukan yang bisa merusak Bumi Pertiwi ini
Ibu Pertiwi aku harap engkau masih menyimpan harapan pada kami
Menjadi sebaik-baiknya anak bangsa yang mengabdi pada negeri
Tolong, selalu ingatkan aku bila aku terlena dalam pesta pora yang membuatku lengah dan lupa akan janjiku padamu
Tolong, ingatkan aku bilang selalu mengeluh akan kecukupan perutku sementara masih banyak saudaraku yang ingin kecukupan itu
Tolong jangan lelah menunggu kami, Ibu Pertiwi...
Walau ini terlalu memaksamu
Namun, aku ingin melihatmu tersenyum kembali
Menyaksikan anak bangsamu yang berlomba-lomba membanggakan dirimu
Menjadi sebenar-benarnya negeri yang subur dan makmur
Menyaksikan anak bangsamu yang berlomba-lomba membanggakan dirimu
Menjadi sebenar-benarnya negeri yang subur dan makmur
bukan ucapan belaka bahkan,
angan-angan semata
Komentar